Senin, 01 Agustus 2011

Ayam Mentega Lada Hitam

Waktu menyiapkan makanan sahur tidak terlalu banyak, diperlukan hidangan yang praktis namun tetap lezat dan menggugah selera. Ayam Mentega Lada Hitam bisa dijadikan pilihan. Cita rasa lezat daging ayam terasa pas dengan bumbu bawang bombay dan lada hitam. (Resep/Dapur Uji/Foto: Budi Sutomo)




Ayam Mentega Lada Hitam
Bahan:
1 kg ayam, potong menjadi 12 bagian
4 sdm mentega/margarin
100 g bawang bombay, potong korek api
8 siung bawang putih, haluskan
3 sdm kecap manis
2 sdm kecap asin
2 sdm kecap inggris
2 sdm air jeruk nipis/limau
1 sdt lada hitam, tumbuk kasar
2 sdt garam halus
Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat:
1. Bumbui potongan daging ayam dengan lada, garam, bawang putih dan air jeruk nipis, aduk rata. Diamkan selama 20 menit hingga bumbu meresap. Panaskan minyak banyak, goreng ayam hingga matang dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat, tiriskan.

2. Panaskan mentega/margarin, tumis bawang bombay hingga harum. Masukkan potongan ayam goreng. Tuang kecap manis, kecap asin dan kecap inggris. Masak sambil diaduk-aduk hingga bumbu meresap. Angkat.

3. Tuang ke dalam piring saji. Hidangkan hangat.

Untuk 12 Potong
Tip: Agar lebih praktis, membumbui ayam dan menggoreng ayam bisa dilakukan sehari sebelumnya. Simpan di dalam freezer, saat sahur, Anda tinggal menumis ayam dengan mentega.

Budi Sutomo adalah penulis gizi dan kuliner.
TOP

Minggu, 29 Mei 2011

Purwaceng : Si Mungil Yang Bikin Greng

KOMPAS.com - Tanaman yang satu ini punya banyak man­faat, salah satunya sebagai obat kuat. Tak ­heran, banyak yang menjulukinya “viagra”-nya ­Indonesia.

Belakangan ini, popularitas tanaman purwaceng makin meningkat. Tanaman mungil ini dikenal sebagai obat kuat alias penambah gairah dan vitalitas pria. Sebetulnya, purwaceng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Konon, di zaman dahulu hanya para raja yang mengonsumsinya sebagai minuman.

Namun, semakin lama tanaman yang aslinya tumbuh liar di Gunung Perahu dan Gunung Pakujiwo di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, makin banyak dikonsumsi rakyat biasa. Kini, purwaceng pun sudah banyak dibudidayakan.

Meski sebetulnya sulit ditanam, purwaceng yang bernama latin Pimpirella pruatjan makin banyak dicari. Sepintas, purwaceng tak jauh berbeda dari tanaman perdu yang tumbuh liar di pinggir jalan atau kebun-kebun kosong.

Padahal, bisa dibilang tanaman ini tak bisa diremehkan lantaran punya manfaat besar. Meski termasuk jenis perdu, purwaceng merupakan tanaman yang tergolong langka. Purwaceng juga hanya bisa tumbuh baik di Dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian 2.000 dpl (di atas permukaan laut). Purwaceng memang tergolong “rewel” dalam memilih tempat untuk hidup.

Bahkan di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan daerah asalnya, tak semua tempat di sana bisa ditanami purwaceng. Selain ketinggian permukaan, tanah tempatnya tumbuh juga harus mengandung unsur-unsur tertentu, dengan kelembaban dan cuaca yang tertentu pula.

“Di Kalimantan dan Gunung Slamet (Jawa Tengah) juga ada yang menanam purwaceng, tapi hasilnya tidak sebaik seperti di Dieng,” tutur Saroji yang sudah 18 tahun membudidayakan purwaceng di Dieng.

Jika ditanam di Purwokerto, pegawai di Komplek Candi Arjuna, Dieng ini mengandaikan, purwaceng memang tetap tumbuh, tapi cabangnya memanjang dan khasiatnya sudah jauh berkurang. Aromanya pun berbeda.

Selain itu, purwaceng juga hanya mau ditanam oleh orang-orang “bertangan dingin”. Banyak yang gagal menanamnya ketika pemerintah daerah setempat menyerukan untuk membudidayakan tanaman ini.

Tanpa Pupuk

Purwaceng punya ciri khas berdaun kecil agak bulat dan bergerigi di bagian pinggirnya. Purwaceng memiliki satu batang dengan beberapa cabang daun yang tumbuh melebar di atas tanah.

Purwaceng yang subur bisa memiliki cabang daun yang diameternya mencapai 20 cm. Bila tumbuh di tempat yang tepat, daun purwaceng tumbuh subur dengan ukuran agak besar. Purwaceng yang subur dan bagus juga bisa memiliki akar yang panjangnya mencapai 20 cm, dan saat dipanen akarnya berwarna kuning.

Sebetulnya, cara menanamnya cukup mudah. Purwaceng diperbanyak dari bijinya. Biji yang sudah masak akan jatuh ke tanah dan tumbuh dengan sendirinya. Biji yang jatuh sendiri ini akan tumbuh lebih cepat daripada biji yang disebar dengan tangan manusia.

Cara kedua ini bisa membuat purwaceng baru tumbuh empat bulan setelah disebar. Setelah benih mulai tumbuh, tanaman sebaiknya dipindahkan ke tanah yang lebih luas (bukan pot), misalnya halaman belakang rumah.

Dengan demikian, akarnya bisa tumbuh secara maksimal, bahkan mencapai 20 cm. Cabang daunnya pun akan lebih banyak dan lebar. Tanah yang ideal bagi purwaceng, menurut Saroji, adalah tanah yang lincit alias tak terlalu berlumpur.

Bila tumbuh di tempat yang tepat, purwaceng tak perlu terlalu sering disiram. Pada musim hujan malah tak perlu disiram, sedangkan saat musim kemarau tanaman ini cukup disiram tiga hari sekali.

Uniknya, purwaceng justru harus dibiarkan tumbuh alami tanpa pupuk. Pupuk kandang masih boleh digunakan untuk menyuburkan, tapi pemberian pupuk kimia justru akan membuatnya tumbuh tidak maksimal.

Saroji mengaku bisa langsung mengenali purwaceng yang terkena obat kimia tanaman. “Kalau kena obat kimia, saat diproses, aroma khasnya yang harum dan rasanya akan berkurang,” tutur pria asli Dieng yang menjual purwaceng dalam bentuk kering, bubuk, dan dikemas dalam botol ini.

Setelah berusia satu tahun, purwaceng mulai bisa dipanen. Jika tumbuh bagus dan subur, enam tanaman purwaceng basah bisa berbobot sampai 1 kg! (Hasuna Daylailatu/Nova)

Senin, 28 Februari 2011

Cumi Hitam Manis

Helloooo.... We meet again HERE!!!

Hari ini aku kembali masak dengan suksesnya. Tetep ya dengan resep yang ga ribet dan gampang dibuatnya.

Hmm....apa itu? Cekidot!!

Bahan:
* cumi-cumi

Bumbu:
* bawang merah
* bawang putih
* cabe
* laos
* garam
* penyedap rasa

Cara membuat:
- Iris bawang merah dan bawang putih. Berapa banyak? Hmm...sesuaikan aja ama cumi-cuminya. Kalo banyak ya berarti banyak juga bawang merah-bawang putih yang dipake
- Jangan lupa cabenya juga diiris-iris. Kalau mau pedes ya banyakin deh :)
- Berhubung aku pake laos bubuk jadi ya gak diapa-apain dulu deh :p
- Bersihkan cumi-cumi lalu potong seperti cincin. Tiriskan
- Tumis bawang merah-bawang putih-cabe hingga harum
- Masukkan cumi yang sudah ditiriskan. Untuk bikin empuk cumi, ga usah ditambahin air soalnya udah ngandung air gitu cuminya
- Setelah itu masukkan laos, garam, penyedap rasa secukupnya. Ohya jangan lupa diicip ya biar tau rasanya udah enak atau belum
- Tunggu sekitar 10 menit.
- Angkat dan jadi deh

Selamat mencoba!!

Rabu, 16 Februari 2011

Sayur Lajang Manisa

Haaaaaaaaaaaaaaaaaiiiii.............
Puff...saya akhirnya apdet lagi ini blog setelah beberapa bulan terakhir tidak bisa update karena lupa password. hihhiiiih

Kali ini saya bakal menyajikan Sayur Lajang Manisa. hahaha...maksa? Alasaannya karena saya cuma memakai sebiji labu. hahahah

Intinya saya masak sayur manisa.
Apa saja bahannya?

Cekidot



Bahan:
1. Labu --- sesuai selera
2. santan --- bisa Kara atau meras sendiri
4. udang kecil
3. air putih

Bumbu
1. beli di pasar bumbu sambal goreng :p
2. Jahe
3. bawang merah diiris-iris


Persiapan
- Iris tipis memanjang labu, sebelumnya cuci dulu labu setelah menggosok-gosokkan keduanya untuk menghilangkan getah. (eh...apa ya namanya itu, yang lengket gitu deh). cuci bersih sambil diremas supaya labu lebih cepat matang. (asaaal dah alasannya. kwekewkke)
- iris tipis-tipis bawang merah cuci bersih
- memarkan jahe cuci bersih
- bersihkan udang kecil


Cara memasak

- Tumis bawang merah dan jahe dengan minyak secukupnya dan api sedang hingga harum
- Masukkan bumbu sambal goreng dan tumis hingga harum
- Masukkan labu yang sudah dirajang tipis, ratakan bumbu lalu masukkan udang
- Tambahkan air secukupnya dan santan. Tunggu hingga mendidih
- Lalu tambahkan bumbu penyedap dan garam secukupnya

Selasa, 08 Februari 2011

Alhamdulillah

Alhamdulillah.....

Akhirnya bisa reset password lagi. hahahaha....

Baiklah saya akan mengisi blog ini lagi kalo masak memasak.

I AM BACK